Memahami Ciri Adanya Gangguan Mental Pada Manusia
Editor: Indra Majid (Psikoterapis)
www.psikoterapis.com
Gangguan Psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), perilaku (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa Gangguan Psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu: Gangguan Saraf
(Neurosis) dan Gangguan Jiwa (Psikosis). Keabnormalan terlihat dalam berbagai
macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus
asa, murung, gelisah, cemas, perilaku kompulsif, histeria, rasa lemah, tidak mampu
mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran negatif dan sebagainya.
Banyak sekali jenis gangguan dalam cara berpikir (cognitive). Untuk memudahkan
memahaminya para ahli mengelompokkan kognisi menjadi 6 bagian yaitu: sensasi,
persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi pikiran kesadaran. Masing-masing memiliki
kelainan yang beraneka ragam.
Contoh gangguan kognisi pada persepsi yaitu: merasa mendengar bisikan untuk
melakukan sesuatu atau halusinasi melihat hantu sementara orang lain yang normal
tidak melihatnya. Orang tradisional mungkin menganggap hal ini sebagai gangguan
setan, tapi sebenarnya ini adalah gangguan psikologis.
Contoh gangguan kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun pagi, mandi,
merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. Banyak sekali
jenis gangguan kemauan ini mulai dari sering mencuri barang yang mempunyai arti
simbolis sampai melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang diperintahkan.
Contoh gangguan emosi: pasien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham
kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang
kaya, titisan raja dsb. Tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak
berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
Contoh gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, pasien melakukan pergerakan yang
berlebihan naik ke atas genteng, berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat,
melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama
tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul
Gangguan Psikologis kemudian dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Di sini, saya menjelaskan beberapa gejala atau ciri gangguan psikologis. Ebook
singkat ini saya susun untuk memberi Anda sebuah wawasan tentang berbagai tanda
terjadinya gangguan mental pada manusia. Apabila Anda menemukan salah gejala
gangguan psikologis pada diri Anda, keluarga atau sahabat, maka mungkin lebih baik
Anda memutuskan untuk menjalani terapi sebelum menjadi lebih parah.
Mengingkari keberadaan gangguan psikologis hanya akan membuat Anda tambah
menderita dan bisa menyebabkan gangguan itu semakin parah. Dan layaknya sebuah
penyakit, gangguan psikologis yang sudah parah menjadi sulit diobati atau bahkan
tidak bisa diobati.
Tidak semua gangguan mental / gangguan psikologis butuh terapi. Ada gangguan
mental yang bisa sembuh sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun jika
gangguan itu berlangsung selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bertahun-tahun
sehingga menghambat perkembangan diri Anda, maka sudah saatnya Anda mencari
bantuan dari psikoterapi untuk mengatasi masalah Anda.
Rangkuman Gejala Gangguan Psikologis
Dalam ebook singkat ini, saya membahas berbagai gejala gangguan psikologis
(disebut juga gangguan mental, gangguan jiwa atau psikopatologi) dalam berbagai
aspek psikologi manusia yang meliputi:
1. Kesadaran dan kognisi
2. Emosi / Perasaan
3. Perilaku Motorik
4. Proses Berpikir
5. Persepsi / Penginderaan
6. Pembicaraan dan Kemampuan Berbahasa
7. Tilikan dan Daya Nilai Sosial
1. Gejala Gangguan Psikologis Pada KESADARAN & KOGNISI
A. Gejala Gangguan Mental Pada Kesadaran
Kesadaran adalah suatu kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi
rangsang dari luar maupun dari dalam. Gangguan kesadaran seringkali merupakan
pertanda kerusakan organik pada otak. Terdapat berbagai tingkatan kesadaran,
yaitu:
1. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu
dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu
mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta
bereaksi secara memadai.
2. Apatia: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespon
lambat terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tampak
tak acuh terhadap situasi disekitarnya.
3. Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung
tidur. Orang dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan
bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar.
4. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran
sopor nyaris tidak berespon terhadap stimulus dari luar, atau hanya
memberikan respons minimal terhadap perangsangan kuat.
5. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma
tidak dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun
perangsangan diberikan padanya.
6. Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak
mampu berpikir jernih dan berespon secara memadai terhadap situasi di
sekitarnya. Seringkali individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian
dan mengalami disorientasi.
7. Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi
kognitif yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat
berfluktuasi, yaitu suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu nampak apatis.
Keadaan delirium sering disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau
ilusi. Biasanya orang dengan delirium akan sulit untuk memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian ( 3 P terganggu)
8. Kesadaran seperti mimpi (Dream like state): adalah gangguan kualitas
kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam
keadaan ini tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti
melakukan aktivitas normal. Perlu dibedakan dengan tidur berjalan (sleep
walking) yang akan tersadar bila diberikan perangsangan (dibangunkan),
sementara pada dream like state penderita tidak bereaksi terhadap
perangsangan.
9. Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai
halusinasi. Seringkali terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab gangguan
otak organik. Penderita seperti berada dalam keadaan separuh sadar,
respons terhadap lingkungan terbatas, perilakunya impulsif, emosinya labil dan tak terduga.
B. Gejala Gangguan Mental Pada Kognisi
Adalah kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau keadaan
atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas
intelegensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognisi adalah; memori/daya ingat,
konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visual-spatial,
fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi.
Gejala Gangguan Mental Pada Perhatian / Konsentrasi:
Adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu.
Gangguan perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian,
mempertahankan perhatian ataupun mengalihkan perhatian. Pada gangguan
kesadaran khususnya pada delirium ketiga ranah perhatian tersebut terganggu.
Terdapat beberapa jenis gangguan perhatian/konsentrasi, yaitu:
1. Distraktibilitas: adalah ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan
mempertahankan perhatian. Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh
berbagai stimulus yang terjadi disekitarnya. Lazim ditemui pada gangguan
cemas akut dan keadaan manik.
2. Inatensi selektif: adalah ketidakmampuan memusatkan perhatian pada obyek
atau situasi tertentu, biasanya situasi yang membangkitkan kecemasan.
Misalnya seorang dengan fobia tidak mampu memusatkan perhatian pada
obyek atau situasi yang memicu fobianya.
3. Kewaspadaan berlebih: adalah pemusatan perhatian yang berlebihan
terhadap stimulus eksternal dan internal sehingga penderita tampak sangat
tegang.
Gejala Gangguan Mental Pada Orientasi
Orientasi adalah kemampuan individu untuk mengenali obyek atau situasi
sebagaimana adanya. Dibedakan atas orientasi personal/orang, yaitu kemampuan
untuk mengenali orang yang sudah dikenalnya. Orientasi ruang/spatial, yaitu
kemampuan individu untuk mengenali tempat dimana ia berada. Orientasi waktu,
yaitu kemampuan individu untuk mengenali secara tepat waktu dimana individu
berada. Sesuai dengan ranah yang terganggu maka dibedakan gangguan orientasi
orang, tempat dan waktu. Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik
di otak.
Gejala Gangguan Mental Pada Memori / Daya Ingat
Memori adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman – penyimpanan –
dan pemanggilan kembali. Terdapat beberapa jenis gangguan memori/daya ingat,
yaitu:
1. Amnesia: adalah ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik di
otak, misalnya; pada kontusio serebri. Namun dapat juga disebabkan faktor
psikologis misalnya pada gangguan stres pasca trauma individu dapat
kehilangan memori dari peristiwa yang sangat traumatis. Berdasarkan waktu
kejadian, amnesia dibedakan menjadi:
a. Amnesia anterograd, yaitu apabila hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya;
seorang pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak
mampu mengingat peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan.
b. Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian. Misalnya,
seorang gadis yang terjatuh dari atap dan mengalami trauma
kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi
sebelum kecelakaan tersebut.
2. Paramnesia: Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi
ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Dapat disebabkan
oleh faktor organik di otak misalnya pada demensia. Namun dapat juga
disebabkan oleh faktor psikologis misalnya pada gangguan disosiasi.
Beberapa jenis paramnesia, antara lain:
a. Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi
kekosongan memori. Biasa terjadi pada orang dengan demensia.
b. Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru.
Individu merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang
sesungguhnya belum pernah dikenalnya.
c. Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing
terhadap situasi yang justru pernah dialaminya.
d. Hiperamnesia: adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan
terhadap suatu pengalaman e. Screen memory: adalah secara sadar
menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan atau
traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi
e. Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam
menemukan kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan
pengalamannya. Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada
stadium awal dari demensi.
Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan daya ingatnya, dibedakan menjadi:
1. Memori segera (immediate memory): adalah kemampuan mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi, yakni rentang waktu beberapa detik sampai
beberapa menit
2. Memori baru (recent memory): adalah ingatan terhadap
pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir
3. Memori jangka menengah (recent past memory): adalah ingatan terhadap
peristiwa yang terjadi selama beberapa bulan yang lalu.
4. Memori jangka panjang: adalah ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama
terjadi (bertahun tahun yang lalu)
2. Gejala Gangguan Psikologis Pada EMOSI / PERASAAN
Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks,
melibatkan pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis
emosi dibedakan antara mood dan afek.
Gejala Gangguan Mental Pada Mood
Mood adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
1. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan
irama hidupnya.
2. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai
dengan kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan
tentang kesedihan dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari
sikap murung dan perilakunya yang lamban.
3. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak
menyenangkan. Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau
bosan.
4. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara perfasif memperlihatkan
semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas
kehidupan. Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara
berlebihan.
5. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.
6. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang
meluap luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat
psikostimulansia
7. Aleksitimia: adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
menghayati suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai
kedangkalan kehidupan emosi. Seseorang dengan aleksitimia sangat sulit
untuk mengungkapkan perasaannya.
8. Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan
minat dan kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
9. Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal,tidak atau
sangat sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan
mood kosong nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan
disekitarnya. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis.
10. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu.
Pergantian perasaan dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan
tak terduga. Dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut.
11. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah
marah dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak
disenanginya.
Gejala Gangguan Mental Pada Afek
Afek adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat.
1. Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas
dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara
maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.
2. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas.
Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat
dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
3. Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi
emosi yang tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan
bahasa tubuh yang sangat kurang.
4. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek
menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan
kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong,
sikap tubuh yang kaku, gerakan sangat minimal, dan irama suara datar
seperti ’robot’.
5. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang
terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
6. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok
dengan suasana yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan
suasana duka cita tapi dengan wajah riang dan tertawa tawa.
7. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba
tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.
3. Gejala Gangguan Psikologis Pada PERILAKU MOTORIK
Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan tertentu
serta melibatkan seluruh aktivitas mental individu. Perilaku merupakan respons total
individu terhadap situasi kehidupan. Perilaku motorik adalah ekspresi perilaku
individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motorik. Berikut ini diuraikan berbagai
ragam gangguan perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam praktek psikiatri, yaitu:
1. Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, bermanifestasi
sebagai gerakan yang lambat hingga keadaan tak bergerak dan kaku seperti
patung. Keadaan ini dapat dijumpai pada skizofrenia katatonik
2. Furor katatonia: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan
motorik tak bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus eksternal. Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik, seringkali
silih berganti dengan gejala stupor katatonik.
3. Katalepsia: adalah keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi
tertentu dalam waktu lama. Individu dengan katalepsi dapat berdiri di atas
satu kaki selama berjam jam tanpa bergerak. Merupakan salah satu gejala
yang bisa ditemukan pada skizofrenia katatonik.
4. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur
tanpa perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.
5. Akinesia: menggambarkan suatu kondisi aktivitas motorik yang sangat
terbatas, pada keadaan berat menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.
6. Bradikinesia: perlambatan gerakan motorik yang biasa terjadi pada
parkinsonisme atau penyakit parkinson. Individu memperlihatkan gerakan
yang kaku dan kehilangan respons spontan.
4. Gejala Gangguan Psikologis Pada PROSES BERPIKIR
Gejala gangguan mental pada proses berpikir adalah sebagai berikut:
1. Proses pikir primer: terminologi yang umum untuk pikiran yang dereistic,
tidak logis, magis; secara normal ditemukan pada mimpi, tidak normal seperti
pada psikosis
2. Gangguan bentuk pikir/arus pikir: asosiasi longgar: gangguan arus pikir
dengan ideide yang berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak
berhubungan sama sekali; dalam bentuk yang lebih parah disebut
inkoherensia.
3. Inkoherensia: pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran
atau kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa
tertentu hasil disorganisasi pikir
4. Flight of Ideas / lommpat gagasan: pikiran yang sangat cepat, verbalisasi
berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang konstan
dari satu ide ke ide lainnya; ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk
yang tidak parah, pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya.
5. Sirkumstansial: pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai
point yang diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau tujuan
yang diharapkan, sering diakibatkan keterpakuan yang berlebihan pada detail
dan petunjukpetunjuk.
6. Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan
seringkali pada akhirnya tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.
5. Gejala Gangguan Psikologis Pada ISI PIKIR
Di sini yang terganggu adalah buah pikirannya atau keyakinannya dan bukan cara
penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia, dan lainlain.
1. Kemiskinan Isi Pikir yaitu pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi
dikarenakan ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak
dikenal.
2. Waham atau Delusi yaitu satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang
keliru, berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak
konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budaya pasien, dan tidak
bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian fakta. Jenisjenis
waham:
a. Waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh:
makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
b. Waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinan yang
tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang
dikejarkejar polisi atau mafia)
c. Waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya
atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
d. Waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh
(contoh: yakin otaknya meleleh)
e. Waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran, waham
kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan waham
dikendalikan.
• Waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya
psikotik sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat
kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
• Waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai
seorang paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah
korban dari usaha untuk melukainya, atau yang mendorong
agar dia gagal dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering
dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali, dokter dan
keluarga pasien dicurigasi bersamasama berkomplot untuk
merugikan, merusak, mencederai, atau menghancurkan
dirinya.
• Waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan
keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti
akan memfitnah, membahayakan, atau akan menjahati
dirinya.
• Waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa
keinginan, pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh
kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
1. thought withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik
oleh orang lain atau kekuatan lain
2. thought insertion: waham bahwa pikirannya disisipi
oleh orang lain atau kekuatan lain
3. thought broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat
diketahui oleh orang lain, tersiar di udara
4. thought control: waham bahwa pikirannya
dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain
5. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal
dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak
setia
6. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada
wanita, merasa yakin bahwa seseorang sangat
mencintainya
3. Obsesi: satu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang
biasanya dibarengi satu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak
dapat dihilangkan dengan usaha yang logis, berhubungan dengan
kecemasan.
4. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu
impuls, jika ditahan akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai
respons dari obsesi atau timbul untuk memenuhi satu aturan tertentu.
5. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu
terjadi berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang
mengakibatkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus
tersebut. Beberapa contoh di antaranya:
a. Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi
khusus (contoh takut pada labalaba atau ular
b. Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan publik seperti rasa
takut untuk berbicara, tampil, atau makan di depan umum
c. Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi
d. Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang terbuka
e. Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang sempit
f. f.Ailurofobia: ketakutan pada kucing
g. Zoofobia: ketakutan pada binatang
h. Xenofobia: ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan
6. Gejala Gangguan Psikologis Pada PERSEPSI
Persepsi adalah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik
menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar.
Beberapa contoh gangguan persepsi:
1. Depersonalisasi: satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari
perasaan subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan
diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak
dikenali)
2. Derealisasi: perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak
nyata
3. Ilusi: satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang
nyata
4. Halusinasi: persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan
stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejalagejala yang dikhayalkan
sebagai hal yang nyata. Jenisjenis halusinasi:
f. halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis
g. halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong
fenomena patologis
h. halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya berupa
suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik,
merupakan jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada
gangguan psikiatri
i. halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa
bentuk jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya),
sering kali terjadi pada gangguan medis umum
j. halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru yang seringkali
terjadi pada gangguan medis umum
k. halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan keliru seperti rasa
tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada
gangguan medis umum
l. halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom libs
(sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi
merayap di bawah kulit)
m. halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam
tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam (juga dikenal
sebagai cenesthesic hallucination)
n. halusinasi liliput: persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat
lebih kecil (micropsia).
7. Gejala Gangguan Psikologis Pada TILIKAN
Tilikan adalah kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan
arti dari suatu situasi (termasuk di dalamnya dari gejala itu sendiri). Dalam arti luas,
tilikan sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman seseorang terhadap
kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. Dalam arti sempit
merupakan pemahaman pasien terhadap penyakitnya. Tilikan terganggu artinya
kehilangan kemampuan untuk memahami kenyataan obyektif akan kondisi dan
situasi dirinya. Jenisjenis tilikan:
1. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya
2. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
3. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
4. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak
memahami penyebab sakitnya
5. Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktorfaktor yang berhubungan
dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
6. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
Itulah rangkuman gejala-gejala gangguan psikologis yang terjadi pada manusia.
Semoga pengetahuan singkat ini berguna untuk Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar